A. Pengertian
Puisi
Karya
sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara
etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis,
yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam
tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang
yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia
adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan
filusuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Berikut adalah pengertian puisi menurut para ahli:
a. Menurut Kamus Istilah Sastra, puisi merupakan ragam
sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik
dan bait.
b. Watt-Dunton mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan
yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan
berirama.
c. Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat
musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu
seperti musik.
d. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata
yang terindah dalam susunan terindah.
e. Ralph Waldo Emerson mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak
mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
f. Putu Arya Tirtawirya mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan
secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya
condong pada makna konotatif.
g. Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya
sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian
struktur fisik dan struktur batinnya.
Ada juga
yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan
secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, diubah dalam wujud dan bahasa
yang paling berkesan.
B. Unsur-unsur
Puisi
Secara
sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik
, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah
puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
- Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
- Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
- Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
- Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
- Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua
struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi,
meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran
bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik
makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat
kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan
bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan
nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada
tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam
puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi,
adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat
puisi.
Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti
halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya,
hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap
puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh
penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit
kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan
perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji
penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti
apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan
indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan
kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan
tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito,
1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa
figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima
adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan
efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh,
sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3)
pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras
lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Pengertian
Menulis Puisi
Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang
harus dilatihkan guru kepada siswa. Mampu berbahasa berarti mampu memilih kata
secara tepat untuk menuangkan pikiran dan perasaan ke dalam lambang bahasa
serta kata. Hal ini merupakan modal utama seseorang ketika menulis. Sayangnya,
menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dipelajari siswa dan diajarkan
guru sehingga tidak jarang ditemukan dalam pembelajaran menulis, guru lebih
banyak memberikan teori menulis daripada praktik menulis.
Orang
menulis puisi selain memberikan kenikmatan seni, juga memperkaya
kehidupan batin, menghaluskan budi, bahkan juga sering membangkitkan semangat
hidup yang menyala, dan mempertinggi rasa ketuhanan dan keimanan. Dengan bahasa yang simbolis, konotatif, dan padat, semua gagasan,
inspirasi, pengetahuan serta hal lain dapat diungkapkan dengan singkat, padat,
menarik, serta bermanfaat bagi pembaca. Tujuan
pembelajaran menulis puisi di sekolah agar siswa terampil menuangkan
pengetahuan, gagasan, pendapat, pesan, saran, pengalaman, peristiwa,
serta permasalahan lainnya yang disampaikan melalui puisi.
Kompetensi
dasar menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai dan
menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan merupakan kompetensi
dasar disampaikan di sekolah. Pengetahuan dan keterampilan bagaimana
menciptakan puisi yang kaya akan pilihan kata yang sesuai, persajakan, serta
keindahan bahasa lainnya, harus mereka pahami sepenuhnya.
Semoga artikel ini bermanfaat ya. Sampaikan feedback Anda di kolom komentar ya. Tetap semangat mencerdaskan bangsa ya, bapak/ibu guru!
Semoga artikel ini bermanfaat ya. Sampaikan feedback Anda di kolom komentar ya. Tetap semangat mencerdaskan bangsa ya, bapak/ibu guru!